Selasa, 05 Juli 2011

Demam Berdarah


Demam berdarah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu perhatian serius. Pada januari 2010, Dinkes Kota Bengkulu mencatat 44 kasus DBD dan dua orang diantaranya meninggal.
Penyakit ini ditandai dengan panas mendadak yang dapat mencapai 38 – 40oC, selain itu juga ditandai dengan adanya bintik-bintik merah akibat pecahnya pembuluh darah. Jika dilakukan pemeriksaan darah, didapatkan penurunan trombosit yang cukup signifikan.
Demam berdarah disebabkan oleh virus dangue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypty. Dengan demikian, demam berdarah dapat dicegah dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Selain 3M, salah satu program kesehatan masyarakat yang digalakkan saat ini adalah pemantauan jentik berkala oleh jumantik. Jumantik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk memantau jentik nyamuk dari rumah ke rumah.
Jumantik tidak hanya terdiri dari petugas pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) tetapi juga dari masyarakat sekitar dan anak anak sekolah. Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah mengenal ciri ciri jentik nyamuk Aedes Aegypti. Jentik nyamuk ini memiliki ciri yang khas yaitu selalu bergerak aktif di dalam air.
Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.
Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong. Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan sering berada dipermukaan air. Setelah 1 – 2 hari akan menjadi nyamuk baru.
Pemeriksaan jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut. Pertama, periksalah tempat penampungan air (bak mandi, wc, drum, vas, ban bekas) yang ada di dalam rumah atau disekitar rumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih satu menit karena jika bernafas jentik akan muncul ke permukaan untuk bernafas.
Apabila gelap dapat digunakan bantuan senter untuk melihat kedalam tempat penampungan air. Cocokkan ciri jentik dengan uraian di atas. Jika dapat dipastikan jentik tersebut adalah jentik Aedes Aegypti, maka petugas kesehatan masyarakat atau jumantik akan melakukan abatisasi dan pencatatan.
Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air yang ditemukan jentik, untuk membunuh jentik yang ada. Tentu saja ini dilakukan dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat, agar terhindar dari bibit penyebab DBD.
Sedangkan Pencatatan yang dilakukan meliputi tanggal pemeriksaan dan kelurahan tempat dilakukan survei pemantauan jentik, nama keluarga dan alamat (lengkap dengan RT/ RW), jumlah semua penampungan air (container) yang diperiksa, serta jumlah container yang di temukan jentik. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik.
Apabila angka bebas jentik suatu daerah tertentu rendah, maka kemungkinan penduduk daerah tersebut untuk terkena DBD adalah lebih besar dibanding daerah lain yang angka bebas jentiknya lebih besar.
Hasil pencatatan kemudian dilaporkan ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sekitar dan kemudian dilanjutkan ke Dinas Kesehatan.
Jadi mudah bukan melakukan pemberantasan sarang nyamuk? Jika anak sekolah saja bisa, apalagi kita. Mari ramai-ramai kita cegah demam berdarah dengan berperan aktif menjadi jumantik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar